Sabtu, 08 Februari 2020

Mbah Fanani Berlian Terpendam Gusti Allah di Wonosobo

Mbah Fanani

Santridasi.com – Mbah Fanani begitu orang menyebutnya, Pagi di salah satu hari bulan Mei 2014, rombongan dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Al Istiqomah Weleri Kendal dipimpin oleh Bapak Kyai Ali Shodiqun Al Hafidz bergerak menuju ke Wonosobo.
Hendak sowan ke beberapa Ulama di negeri atas awan itu, salah satunya ialah sowan ke ulama fenomenal yang tidak bisa dinalar dengan akal sehat, Syaikhona Mbah Fanani.
Menjelang di puncak Dieng, kami bertanya pada penduduk setempat, sosok Mbah Fanani. Ternyata beliau sudah pindah ke dekat Pasar Dieng.
Kamipun berbalik arah menuju tempat yang ditunjukkan. Akhirnya bisa ketemu. Rasa grogi pun tak terelakkan. Sungguh sesuatu yang luar biasa.
Syaikhona Mbah Fanani, begitu kami menyebut beliau bertempat di tenda warna biru. Tampak masih baru, belum lama dipasang.
Tidak semua rombongan berani masuk. Menurut kabar, Mbah Fanani tidak pernah berkomunikasi dengan siapapun, namun pernah terjadi mengusir orang yang sowan kepada beliau. Ini yang membuat beberapa dari kami merasa takut.
Akhirnya Shuniyya dan Pak Kyai Ali Shodiqun mencoba memasuki tenda tersebut. Tampak sosok Simbah sangat bersahaja. Sosok yang telah bersatu dengan alam, yang tampak telah melepaskan hajat duniawinya. Luar biasa sekali.

Baca juga: Mengenal KH Nahrowi Dahlar bin Abdurrohman (mbah Dahlar Watucongo)

Yang tidak akan pernah kami lupakan adalah, masuknya rombongan kami disambut dengan senyum dan tatapan lembut. Bukan sikap diam dan tatapan tajam menakutkan seperti yang diceritakan banyak orang.
Shuniyya pun uluk salam kepada beliau yang mulia. Subhanallah… Salam itu dijawab dan netra beliau yang mulia memberi isyarat seakan kami ditanya apa keperluan kami.
Bapak Kyai Ali Shodiqun segera memberitahukan keperluan sowan kami ke sana. Yakni, mohon doa restu dan mohon bantuan didoakan kepada Gusti Allah,
agar acara Wisuda dan Haflah akhirussanah tahun 2014 berlangsung dengan sukses, dan PPTQ Al Istiqomah bisa berhasil dalam menjadi pelayan umat demi menjaga kelangsungan para penghafal Al Quran.
Kembali Syaikhona Mbah Fanani memberi isyarat dengan kedua netra beliau yang mulia. Shuniyya tersenyum kepada beliau dan bersalam hendak pamitan. Beliau tersenyum manis, dan kembali menjawab salam kami.

Allahu akbar… Sama sekali tidak terbayangkan, bahwa ini merupakan pengalaman yang tidak akan terlupakan begitu saja. Mbah Fanani tidak pernah berkomunikasi dengan siapapun sudi menjawab salam kami , luar biasa sekali.

Pak Yai memberikan bungkusan nasi yang beliau beli sebelumnya. Shuniyya menerima bungkusan nasi itu, dan menyampaikan ke Mbah Fanani.
Beliaupun menerima dengan tangan terbuka. Membukakan bungkusan itu, dan beliau mengisyaratkan supaya menaruhnya saja. Sepertinya beliau baru saja selesai dhahar.
Sampai di luar tenda, Shuniyya ceritakan kepada Bapak Kyai pengalaman luar biasa ini. Beliau tak henti-henti bersyukur. Bapak Kyai adalah figur yang sangat tawadlu’.
Jadi sewaktu beliau panggih Mbah Fanani, beliau lebih banyak tertunduk, sebagai sikap penghormatan kepada ulama yang lebih sepuh dan lebih mumpuni.
Berbeda dengan Shuniyya yang tidak faham adab. Kesempatan bertemu dengan Yang Mulia Mbah Fanani, Shuniyya pakai untuk menatap beliau lekat-lekat, merekam setiap detail dari wajah beliau supaya tidak pernah lupa.
Karena itu Shuniyya bisa mengikuti dengan sangat detail gerak beliau, senyum beliau, isyarat netra beliau, hingga jawaban salam beliau.
Hal ganjil yang langsung kami saksikan ialah, secara kasat mata, di dalam tenda itu beliau dikelilingi oleh sampah-sampah.
Namun, sama sekali tidak ada bau busuknya. Hanya seperti bau biasa, bukan bau busuk menyengat seperti umumnya sampah.
Dan kondisi beliaupun tidak mengeluarkan bau menyengat seperti seharusnya yang terjadi jika orang secara kasat mata telah bersatu dengan alam, apalagi tidak tampak pernah tersentuh dengan air dan tidak tampak berganti pakaian.
Subhanallah… Gusti Allah Maha Indah dalam memberi kemuliaan pada hambaNya.
Semoga Yang Mulia Syaikhona Mbah Fanani senantiasa diberikan istiqomah dalam pertapaannya, semoga diberikan umur yang panjang dalam taat kepada Gusti Allah dan bisa menjaga kita semua dengan ijinNya…
Ila ruhi wa jasadi Yang Mulia Syaikhona Mbah Fanani wa zawjatihi wa furu’ihi wa silsilatihi wa dzurriyatihi wa muhibbihi syaiun lillahu lana wa lahum al fatihah…
Semoga bermanfaat untuk kita semua. Hasil diskusi kajian Fiqih dan kitab kuning grup DASI bisa pembaca kunjungi di Benangmerahdasi.com
Oleh: Bu Shuniyya Ruhama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar