Sabtu, 08 Februari 2020

Berasal dari Keluarga Berada Kenapa Mbah Fanani Bertapa di Dieng? Cerita Putrinya Membuka Misteri

Berasal dari Keluarga Berada Kenapa Mbah Fanani Bertapa di Dieng? Cerita Putrinya Membuka Misteri
tribunjateng/facebook
 
MISTERI Mbah Fanani Terkuak, Petapa Gunung Dieng itu Diduga Berada di Indramayu 
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Senin bakda Isya, (22/5), desa Dieng Kulon, Batur Banjarnegara mendadak ramai.
Sembilan mobil dari luar kota berhenti di depan rumah seorang warga di Jalan Raya Dieng Kulon, Sugiyono.
Mereka rupanya keluarga besar Mbah Fanani, pertapa yang telah puluhan tahun bersemedi di depan rumah Sugiyono.

MISTERI Mbah Fanani Terkuak, Petapa Gunung Dieng itu Diduga Berada di Indramayu
Add caption
MISTERI Mbah Fanani Terkuak, Petapa Gunung Dieng itu Diduga Berada di Indramayu (tribunjateng/net)
Rombongan dari Cirebon itu bermaksud mengantar Mbah Fanani yang sempat dijemput orang tak dikenal, sebulan lalu.
Warga sekitar berdatangan menyambut kehadiran pria fenomenal tersebut.
Puluhan Banser bersiaga di sekitar tenda biru berukuran sekitar 2 x 1,5 meter, tempat meditasi Mbah Fanani.

Sejumlah anggota Banser berjaga di sekitar tenda pertapaan Mbah Fanani di Dieng Kulon Banjarnegara
Add caption
Sejumlah anggota Banser berjaga di sekitar tenda pertapaan Mbah Fanani di Dieng Kulon Banjarnegara (Tribun Jateng/Khoirul Muzaki)
Keluarga dan warga sempat beramah tamah.
"Setelah itu ada serah terima dari keluarga ke warga. Kami warga Dieng Kulon menerima dengan tangan terbuka kedatangan Mbah Fanani lagi di Dieng. Dia sudah kami anggap warga sendiri," kata Kepala Desa Slamet Budiono, Selasa (23/5).
Meski kehadirannya dirindukan, kata Slamet, tidak ada penyambutan istimewa terhadap kedatangan Mbah Fanani di Dieng.
Tenda lusuh Mbah Fanani dibiarkan apa adanya. Tidak ada fasilitas baru di dalam tenda.
Warga tak mengagungkan Mbah Fanani berlebihan, kecuali menganggapnya bagian dari warga lantaran lama menetap di wilayah mereka.
"Jika Mbah Fanani ingin tinggal di tempat yang bagus, tentu dia akan betah tinggal di Indramayu. Nyatanya dia memilih kembali ke Dieng dengan kondisi tempat demikian,"katanya
Slamet mengatakan, penjemputan Mbah Fanani dari petilasan Ki Dampu Awang Indramayu dilakukan oleh pihak keluarga dari Cirebon pada Jumat (19/5).
Sebelum itu, ia bersama sejumlah warga Dieng sempat bersilaturahim ke kediaman putri tunggal Mbah Fanani, Nyai Maryam, di desa Jatisari, Plered, Cirebon.
Kepada pihak keluarga, Slamet mengutarakan permohonan maaf warga menyusul peristiwa penjemputan Mbah Fanani oleh orang tak dikenal beberapa waktu lalu.
"Saat penjemputan Mbah Fanani kebetulan saya sedang umroh. Nyai Maryam juga umroh. Setelah umroh ini, ada momentum untuk membicarakan masalah ini dengan keluarga,"katanya
Pasca kedatangan warga Dieng tersebut, keluarga langsung berembug.
Mereka memutuskan segera menjemput Eyang Fanani dari Indramayu.
Meski berstatus keluarga, mereka tidak ingin asal menjemput.
Mereka memberitahukan aparat keamanan dan pemerintah setempat tentang rencana penjemputan.
Mereka juga menyodorkan surat pernyataan bermaterai atas nama Nyai Maryam binti Kyai Akhmad Fanani Binti Kyai Binti Kyai Banyamin sebagai bukti hubungan kekeluargaan di antara mereka.
Jumat sore (19/5), rombongan keluarga menuju padepokan Ki Dampu Awang Indramayu yang ramai peziarah.
Proses penjemputan Mbah Fanani di tempat tersebut berlangsung damai. Tidak ada perlawanan dari pihak padepokan.
"Yang menjemput adalah putrinya sendiri. Tidak ada kendala dalam proses penjemputan,"katanya
Sebelum diantar kembali ke Dieng, Mbah Fanani sempat menginap beberapa hari di rumah putrinya, Nyai Maryam, di desa Jatisari Plered Cirebon.

Menahan tangis
Mbah Fanani tak bergeming, saat beberapa tamu mengunjunginya dan berusaha menyapa. Berdiam diri.
Ia hanya menyambut orang-orang yang datang dengan tatapan tajam.
Mbah Fanani tetap khusyuk duduk di dalam tenda berukuran 1,5 x 2 meter.
Sesekali ia menggeser pinggul dan menata sarung yang menutupi badannya.
Udara dingin Dieng tidak membuat tubuhnya menggigil.
Kakek itu sudah lebih dari 20 tahun bertapa di gunung Dieng. Dia tak mau bicara. Hanya kepada orang tertentu saja Mbah Fanani mau berkata-kata.
Mbah Fanani mendadak bermuka masam.
Ia seperti menahan tangis saat disinggung perihal penjemputannya oleh orang tak dikenal, sebulan lalu.
"Ada orang-orang yang mengotori Mbah Fanani dengan hal duniawi. Eyang selalu sedih jika teringat itu," kata Veti, perempuan yang berkesempatan bercakap dengan Mbah atau Eyang Fanani, Rabu (24/5/2017).
Mbah Fanani memberikan pengakuan mengejutkan perihal peristiwa penjemputan yang dialaminya oleh rombongan orang tak dikenal, sebulan lalu.
Mbah Fanani rupanya tidak mengenal para penjemputnya dari Indramayu yang sempat mengaku pihak keluarganya.
Ia juga tak mengenal sosok Abah Rojab yang disebut otak di balik penjemputan.
Para penjemput kala itu berdalih, penjemputan Mbah Fanani atas permintaan Mbah Fanani setelah melakukan kontak batin dengan Abah Rojab.
Publik akhirnya penasaran perihal sosok Rojab yang disebut punya kedekatan dengan Mbah Fanani.
Penjemputan Mbah Fanani dari ruang pertapaannya seolah merusak bangunan spiritual yang berhasil ia tata selama berpuluh-puluh tahun.
"Bagaimana tidak sedih, dia sudah meninggalkan keduniaan, lalu dikotori lagi. Ibarat membangun bangunan, ia harus mengawali lagi untuk membangun," kata Veti
Keluarga Mbah Fanani sebenarnya berasal dari Jatisari, Weru Cirebon. Mbah Fanani hanya punya seorang putri, Nyai Maryam yang kini berusia 71 tahun.
Keluarga Mbah Fanani rupanya tidak ikut andil dalam penjemputan Mbah Fanani di Dieng oleh sejumlah orang dari Indramayu, sebulan lalu.
Keluarga akhirnya mengeluarkan surat pernyataan untuk menepis kerancuan informasi yang beredar di masyarakat mengenai Mbah Fanani.
Surat pernyataan itu dibuat sebelum keluarga melakukan penjemputan terhadap Mbah Fanani dari Indramayu, lalu mengembalikannya ke Dieng.
Nyai Maryam (71), putri tunggal Mbah Fanani melalui surat pernyataan itu menegaskan bahwa dia adalah satu-satunya anak Mbah Fanani atau Kyai Ahmad Fanani dengan Nyai Zaenah yang tinggal di Pondok Pesantren Jatisari, Weru, Cirebon.
Maryam membenarkan ayahnya telah lama pergi meninggalkan kediamannya yang ia yakini demi mengemban tugas mulia dari Allah dengan cara bertapa (uzlah).
Keluarga pun telah ikhlas dan ridho atas kepergian Mbah Fanani dari ponpes dan kediaman.
(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar