Mbah Fanani di dalam bilik
Jalan berliku dan curam ditambah dengan dinginnya udara tidak
menyurutkan laju kuda besiku untuk mencapai dataran tinggi Dieng yang
konon merupakan salah satu dataran tinggi terluas di Indonesia dengan
ketinggian 2093 M DPL.
Dengan suhu bisa mencapai 0 derajat celcius pada pagi hari (musim kemarau) di bulan juli dan agustus. (sumber wikipedia)
Semua berawal dari informasi yang aku dapat dari dunia maya juga
beberapa kawan mengatakan hal yang senada, hingga akhirnya ingin
membuktikan sendiri keberadaan sosok misterius yang menjadi perbincangan
banyak orang tersebut.
Mbah Fanani demikian orang-orang
menyebutnya, keberadaan Mbah Fanani di dataran tinggi Dieng cukup
menarik untuk ditelisik. Siapa sebetulnya beliau? Dan apa maksud serta
tujuan Mbah Fanani bertapa? atau lebih tepatnya menurutku menyendiri
selama 26 tahun lamanya ditepi jalan di dataran tinggi dieng di rt 1/rw 1
Desa Dieng Kulon depan Musala Al-Amin jalan menuju komplek Candi Dieng,
dari Musala kurang lebih berjarak 25 meter. Dengan hanya menempati
bilik kecil berukuran kurang lebih 1,5x1 meter berdinding dan beratapkan
terpal berwarna biru
Disaat orang kebanyakan berlomba-lomba
mengejar gemerlapnya isi dunia justru sebaliknya sosok Mbah Fanani
menepi seorang diri menjauh dari itu semua cukup di bilik kecil dengan
hanya berkain sarung saja.
H. Zainudin adalah orang pertama yang
aku coba tanya, tak banyak yang aku dapatkan informasi dari lelaki
sepuh ini. Beliau terkesan tertutup dan nampak hati-hati sekali dalam
berkata. Meski demikian beliau memberikan penjelasan sebelum Mbah Fanani
menempati bilik itu sambil tangannya menunjuk kearah yang dimaksudkan
dari dalam musala.
Dahulu Mbah Fanani sebelum di Desa Dieng
Kulon ini, bertapa di Desa Sitieng menempati sebuah goa kecil ditepi
jalan hingga beberapa tahun lamanya, kemudian tanpa diketahui sebabnya
beliau berpindah ke Desa Wadas Putih yang masih satu arah jalan menuju
komplek Candi Dieng, lantas berpindah lagi di Desa Patak Banteng dan di
Desa Dieng Kulon ini paling lama, yaitu kurang lebih 17 tahun lamanya
kata beliau.
Lain halnya dengan penuturan Pak Mujiono lelaki
tengah baya yang memiliki usaha toko persis diseberang jalan Musala
Al-Amin. Beliau mengatakan terkadang banyak orang-orang dari luar kota
berdatangan antara lain dari Batang, Pekalongan, Purwokerto, Jepara
serta kota lainya hingga dari luar Jawa mengunjungi tempat pertapaan
Mbah Fanani katanya. Masih menurut penuturan Pak Mujiono, bahkan sering
terlihat mereka yang datang ternyata diketahui para santri dari luar
kota kemudian membersihkan tempat sekitar pertapaan Mbah Fanani.
Rumah Pak Mujiono bisa terbilang sangat dekat dengan pertapaan Mbah
Fanani, namun selama belasan tahun lamanya beliau menuturkan tidak
pernah sekalipun melihat Mbah Fanani keluar dari bilik kecil tersebut.
Ketika aku tanyakan maksud dan tujuan Mbah Fanani laku tapa, beliau
menjawab tidak tahu. Beliau justru menyuruhku bertanya ke sebuah rumah
yang persis berada di belakang tempat Mbah Fanani bertapa.
Rasa
penasaran membuatku mendatangi rumah yang persis dibelakang bilik Mbah
Fanani, saat melewati depan bilik yang tertutup rapat itu sempat aku
lirik ada piring dalam keadaan kosong tergeletak dibibir bilik,
selebihnya hanya gelap yang terlihat meski sore itu cukup cerah
cuacanya.
Di teras ternyata terlihat berkumpul ibu-ibu yang
sedang mengobrol, mereka sepertinya bersikap biasa saja dan tidak ada
sesuatu yang aneh meski jarak antara tempat mereka duduk-duduk ke bilik
Mbah Fanani tak lebih dari 5 meter jaraknya. Akhirnya satu diantara
mereka aku ketahui bernama Ibu Sugiono pemilik rumah. Tak banyak pula
yang aku dapat keterangan dari Ibu Sugiono baik maksud dan tujuan Mbah
Fanani memilih bertapa di depan rumahnya tersebut.
Yang pasti
selain para pengunjung luar kota juga yang kebetulan melintas kemudian
memberikan makan dan air mineral di bilik, dalam kesehariannya Pak
Sugiono dan keluarga yang menyediakan makanan. Tapi anehnya meski mereka
yang paling dekat secara fisik dengan Mbah Fanani juga belum pernah
melihat sosok Mbah Fanani keluar dari bilik selama ini.
Padahal
dari penuturan Ibu Sugiono keluarganya juga menyediakan/membuatkan
khusus kamar kecil tapi hingga saat ini belum pernah digunakan sama
sekali. Kesan hati-hati dalam memberikan informasi begitu terasa dari
orang-orang sekitar Mbah Fanani bertapa, akhirnya aku putuskan mencari
informasi yang cukup jauh jaraknya namun masih diseputar Dataran Tinggi
Dieng.
Dari kabar yang berhembus luas dari penduduk setempat,
sosok lelaki misterius yang disebut Mbah Fanani ini memiliki pandangan
khusus mengenai dataran tinggi dieng. Sebagaimana tertera dalam ramalan
Jayabaya disebutkan wilayah Kedulangmas (Wil. Kedu, Magelang &
Banyumas) nantinya akan ditutupi banjir bandang yang besar.
Oleh
karena itu Mbah Fanani memiliki kayakinan dia tidak akan pulang ke
tanah kelahirannya sebelum hal tersebut terjadi di daerah yang
dimaksudkan.
"Disini penulis jadi ingat sepanjang jalan dari
arah Wonosobo baik bukit maupun gunung seputar dataran tinggi dieng
hampir tidak menemukan hutan atau pohon besar kecuali tanah gunung dan
perbukitan yang sudah berubah fungsi menjadi lahan tanaman kentang dan
sebagainya".
Masih menurut cerita seputar Mbah Fanani dari
penduduk setempat. Pernah suatu hari keluarga Mbah Fanani yang konon
dari Kuningan Jawa Barat datang bermaksud menjemput dan kemudian
mengangkat tubuh Mbah Fanani dari dalam bilik kedalam mobil namun
anehnya ketika mobil hendak distater tidak bisa hidup. Atau dengan kata
lain Mbah Fanani mengisyaratkan tidak ingin pulang terlebih dahulu.
Ada lagi cerita yang berhembus suatu hari pernah dikawasan jalan Desa
Dieng Kulon dan Wetan yang masuk wilayah wonosobo terendam banjir
bandang namun anehnya air yang mengalir seperti menjauh dari tempat
pertapaan Mbah Fanani. Di luar nalar memang namun demikianlah cerita
dari penduduk setempat yang dekat dengan tempat pertapaan Mbah Fanani.
Dan masih banyak lagi cerita-cerita mistis seputar sosok misterius Mbah
Fanani yang berkembang di masyarakat.
Yang pasti hanya Tuhan dan
Mbah Fanani sendiri yang mengetahui maksud dan tujuan yang tersirat
dari beliau melakukan tapa di dataran tinggi dieng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar