7 Kisah Kehidupan Para Pertapa Nyentrik di Berbagai Belahan Dunia
MALANGTIMES - Pertapaan atau tapa berasal dari akar
kata tap yang berarti energi. Tapa adalah mengendalikan energi agar
terpusat sehingga dapat digunakan untuk suatu tujuan. Ada berbagai
alasan seseorang untuk bertapa dan memilih hidup menyendiri. Alasannya
biasanya dikaitkan dengan aktivitas spiritual.
Fenomena pertapa
sendiri tak hanya terjadi di Indonesia saja. Sejak dulu di berbagai
belahan dunia, sudah banyak orang-orang yang memutuskan dirinya untuk
menjadi pertapa. Namun beberapa aktivitas pertapaan itu tak melulu
berkaitan dengan keyakinan aliran tertentu dan kebutuhan spiritual. Ada
pula yang memilih hidup menyendiri tanpa alasan yang jelas.
Berikut ini 7 kisah para pertapa nyentrik di dunia.
1. Mbah Fanani, Pertapa dari Dieng, Wonosobo, Jawa tengah. Mbah
Fanani telah menghabiskan waktunya untuk bertapa selama 20 tahun di
pinggir jalan di daerah Dieng. Tepatnya di jalan yang menghubungkan
Wonosobo dan Banjarnegara dalam tenda biru depan rumah warga.
Add caption
Pria
yang kabarnya sudah berusia lebih dari 100 tahun ini dulunya bertapa di
dalam gua kawasan Dieng. Kemudian dia berjalan merangkak pindah ke
depan rumah penduduk.
Kabarnya dulu saat pertama datang ke Dieng,
Mbah Fanani masih suka diajak bicara dan kerap marah jika ada warga yang
datang kepadanya dan meminta nomor undian untuk berjudi. Kini ia hanya
menggeleng dan mengangguk saja saat diajak bicara.
Mbah Fanani
pernah berkata bahwa ia akan selesai bertapa sampai ada kapal yang
menjemputnya. Pada 12 April 2017 kemarin, belasan orang menjemput Mbah
Fanani untuk menuju Indramayu.
Banyak yang beranggapan bahwa
kepindahannya mengandung banyak makna. Salah satunya sebagai pertanda
akan terjadi suatu hal. Dalam pertapaannya, Mbah Fanani selalu
memanjatkan doa untuk daerah yang disinggahinya.
2. Gregory Smith, Pertapa Akademisi dari Australia Pertapa
yang satu ini adalah pertapa yang cerdas dalam bidang akademik. Gregory
Smith merupakan pertapa asal Australia. Ia adalah seorang akademisi
School of Arts and Social Science di Southern Cross University,
Australia.
Add caption
Dalam
satu wawancara, Smith mengaku ia menghabiskan 10 tahun di hutan untuk
bertapa. Menurutnya, hutan lah yang benar-benar tulus kepadanya di saat
ia tak punya tempat lain untuk dituju. Sebelum menjadi akademisi seperti
saat ini, Smith menghabiskan masa kecil di panti asuhan dan menjadi
tunawisma saat masa tuanya.
3. Christopher Thomas Knight, Pertapa dari Amerika Serikat Christopher
Knight yang juga dikenal sebagai North Pond Hermit, adalah seorang
mantan pertapa dan pencuri yang hidup hampir tanpa kontak manusia selama
27 tahun antara tahun 1986 dan 2013 di daerah North Pond di Danau
Belgrade di Maine. Ia bertahan hidup dengan menjadi seorang pertapa
selama 27 tahun dengan mencuri makanan dari pemukiman warga atau
perkemahan para pendaki.
Add caption
Christopher
sebenarnya tak punya rencana apapun untuk menetap dalam hutan hingga
tiba-tiba ia menjadi pertapa yang tak banyak bicara. Hanya sesekali saja
ia mengucap kata "Hai" kepada pendaki yang ia temui. Hal tragis pernah
dialami Christopher saat ia ditangkap pada tahun 2013. Dua tahun kemudian ia dibebaskan karena dianggap memiliki kelainan mental.
4. Bhagavan Sri Ramana Maharshi, Pertapa dari India Awal
mulanya, ketika masih kecil, Bhagavan Sri Ramana Maharshi pernah sakit
dan dokter pun tak bisa mengobati penyakitnya. Kemudian ia berpikir
untuk mencari penyembuhannya sendiri yaitu dengan cara bertapa dan
menggunakan aliran spiritual.
Add caption
Ia
kemudian tinggal di gua sebagai tempatnya bertapa. Ia juga sempat
berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat lainnya. Salah satu tempat
yang paling lama ia tinggali adalah gua Virupaksha di India. Tercatat ia
tinggal di gua ini selama 17 tahun.
5. Mbah Kijem, Pertapa dari Yogyakarta Perempuan
berusia sekitar 64 tahun ini memilih untuk menyendiri dan mencari
ketenangan di goa dekat tebing-tebing curam. Meskipun telah dijemput
oleh anak-anaknya, Mbah Sakijem tetap bersikukuh untuk tinggal di Gua
Langse, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Add caption
Tempatnya
bertapa adalah tempat yang jarang dilalui masyarakat karena berada di
tengah tebing yang langsung menghadap ke pantai. Lokasinya yang curam
membuat tak sembarang orang berani ke sana.
Mbah Sakijem telah
tinggal dan menjadi pertapa di gua tersebut selama 48 tahun. Menurut
Mbah, hatinya tentram setelah tinggal di gua sehingga ia tak ingin
kembali ke rumah walaupun sudah dijemput oleh anak-anaknya. Gua yang
Mbah tempati juga disebut-sebut sebagai tempat pertapaan dengan
nilai-nilai spiritual tinggi terutama pada saat bulan Suro.
6. Prahlad Jani, Pertapa Sadhu dari India Bernafas,
makan, dan minum adalah beberapa cara manusia untuk bertahan hidup.
Namun jika salah satu kebutuhan tersebut tak terpenuhi, akankah manusia
tetap dapat hidup? Rasa-rasanya tidak.
Add caption
Namun
hal ini seolah ditepis oleh Prahlad Jani. Pertapa asal India ini
meninggalkan rumah pada usia 7 tahun dan hidup sebagai pengembara Sadhu
atau orang suci yang mencari ilmu spiritual. Para Sadhu hidup menyendiri
demi mencapai moksa.
Jani memulai hidup sebagai seorang pertapa
hingga usianya memasuki 87 tahun. Hebatnya, ia dapat tahan tidak makan
dan minum selama 70 tahun. Menurutnya, saat perjalanan bertapa, ia
bertemu dengan tiga Dewi yang menuangkan ramuan gaib melalui
langit-langit mulutnya. Hingga saat itu ia tak pernah mengkhawatirkan
makanan dan minuman lagi.
7. Emak Khing, Pertapa Omahan dari Rembang, Banten, Jawa Tengah Seorang
perempuan tua asal Rembang, Banten, Jawa Tengah telah memutuskan untuk
menjadi pertapa pada 1953 sampai saat ini. Lie Khing Nio atau biasa
dipanggil Emak Khing menyebut dirinya sebagai pertapa omahan atau orang
yang bertapa di rumah. Menjadi seorang pertapa adalah warisan
turun-temurun dari keluarganya.
Add caption
Ia
bersumpah untuk tidak menikah, makan daging, dan selalu puasa dalam
waktu yang cukup lama yaitu sejak jam 12 siang sampai matahari terbit.
Sebagai seorang pertapa ia sering mengobati orang sakit dan tidak pernah
menerima imbalan apapun.
Walaupun tak pernah mengharapkan
imbalan, selalu ada saja yang memberi Emak Khing makanan. Meskipun Emak
Khing dikabarkan telah meninggal pada tahun 2013, jasanya tetap dikenang
oleh masyarakat sekitar yang telah dibantu olehnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar