
Santridasi.com
– Mbah Fanani begitu orang menyebutnya, Pagi di salah satu hari bulan
Mei 2014, rombongan dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Al Istiqomah
Weleri Kendal dipimpin oleh Bapak Kyai Ali Shodiqun Al Hafidz bergerak
menuju ke Wonosobo.
Hendak sowan ke beberapa Ulama di negeri atas
awan itu, salah satunya ialah sowan ke ulama fenomenal yang tidak bisa
dinalar dengan akal sehat, Syaikhona Mbah Fanani.
Menjelang di
puncak Dieng, kami bertanya pada penduduk setempat, sosok Mbah Fanani.
Ternyata beliau sudah pindah ke dekat Pasar Dieng.
Kamipun
berbalik arah menuju tempat yang ditunjukkan. Akhirnya bisa ketemu. Rasa
grogi pun tak terelakkan. Sungguh sesuatu yang luar biasa.
Syaikhona Mbah Fanani, begitu kami menyebut beliau bertempat di tenda warna biru. Tampak masih baru, belum lama dipasang.
Tidak
semua rombongan berani masuk. Menurut kabar, Mbah Fanani tidak pernah
berkomunikasi dengan siapapun, namun pernah terjadi mengusir orang yang
sowan kepada beliau. Ini yang membuat beberapa dari kami merasa takut.
Akhirnya
Shuniyya dan Pak Kyai Ali Shodiqun mencoba memasuki tenda tersebut.
Tampak sosok Simbah sangat bersahaja. Sosok yang telah bersatu dengan
alam, yang tampak telah melepaskan hajat duniawinya. Luar biasa sekali.
Baca juga: Mengenal KH Nahrowi Dahlar bin Abdurrohman (mbah Dahlar Watucongo)
Yang
tidak akan pernah kami lupakan adalah, masuknya rombongan kami disambut
dengan senyum dan tatapan lembut. Bukan sikap diam dan tatapan tajam
menakutkan seperti yang diceritakan banyak orang.
Shuniyya pun
uluk salam kepada beliau yang mulia. Subhanallah… Salam itu dijawab dan
netra beliau yang mulia memberi isyarat seakan kami ditanya apa
keperluan kami.
Bapak Kyai Ali Shodiqun segera memberitahukan
keperluan sowan kami ke sana. Yakni, mohon doa restu dan mohon bantuan
didoakan kepada Gusti Allah,
agar acara Wisuda dan Haflah
akhirussanah tahun 2014 berlangsung dengan sukses, dan PPTQ Al Istiqomah
bisa berhasil dalam menjadi pelayan umat demi menjaga kelangsungan para
penghafal Al Quran.
Kembali Syaikhona Mbah Fanani memberi isyarat
dengan kedua netra beliau yang mulia. Shuniyya tersenyum kepada beliau
dan bersalam hendak pamitan. Beliau tersenyum manis, dan kembali
menjawab salam kami.
Allahu akbar… Sama sekali tidak terbayangkan, bahwa ini merupakan pengalaman yang tidak akan terlupakan begitu saja. Mbah Fanani tidak pernah berkomunikasi dengan siapapun sudi menjawab salam kami , luar biasa sekali.
Pak Yai memberikan
bungkusan nasi yang beliau beli sebelumnya. Shuniyya menerima bungkusan
nasi itu, dan menyampaikan ke Mbah Fanani.
Beliaupun menerima
dengan tangan terbuka. Membukakan bungkusan itu, dan beliau
mengisyaratkan supaya menaruhnya saja. Sepertinya beliau baru saja
selesai dhahar.
Sampai di luar tenda, Shuniyya ceritakan kepada
Bapak Kyai pengalaman luar biasa ini. Beliau tak henti-henti bersyukur.
Bapak Kyai adalah figur yang sangat tawadlu’.
Jadi sewaktu beliau
panggih Mbah Fanani, beliau lebih banyak tertunduk, sebagai sikap
penghormatan kepada ulama yang lebih sepuh dan lebih mumpuni.
Berbeda
dengan Shuniyya yang tidak faham adab. Kesempatan bertemu dengan Yang
Mulia Mbah Fanani, Shuniyya pakai untuk menatap beliau lekat-lekat,
merekam setiap detail dari wajah beliau supaya tidak pernah lupa.
Karena
itu Shuniyya bisa mengikuti dengan sangat detail gerak beliau, senyum
beliau, isyarat netra beliau, hingga jawaban salam beliau.
Hal ganjil yang langsung kami saksikan ialah, secara kasat mata, di dalam tenda itu beliau dikelilingi oleh sampah-sampah.
Namun, sama sekali tidak ada bau busuknya. Hanya seperti bau biasa, bukan bau busuk menyengat seperti umumnya sampah.
Dan
kondisi beliaupun tidak mengeluarkan bau menyengat seperti seharusnya
yang terjadi jika orang secara kasat mata telah bersatu dengan alam,
apalagi tidak tampak pernah tersentuh dengan air dan tidak tampak
berganti pakaian.
Subhanallah… Gusti Allah Maha Indah dalam memberi kemuliaan pada hambaNya.
Semoga
Yang Mulia Syaikhona Mbah Fanani senantiasa diberikan istiqomah dalam
pertapaannya, semoga diberikan umur yang panjang dalam taat kepada Gusti
Allah dan bisa menjaga kita semua dengan ijinNya…
Ila ruhi wa
jasadi Yang Mulia Syaikhona Mbah Fanani wa zawjatihi wa furu’ihi wa
silsilatihi wa dzurriyatihi wa muhibbihi syaiun lillahu lana wa lahum al
fatihah…
Semoga bermanfaat untuk kita semua. Hasil diskusi kajian Fiqih dan kitab kuning grup DASI bisa pembaca kunjungi di Benangmerahdasi.com
Oleh: Bu Shuniyya Ruhama